Sunday, January 30, 2011

Pare

(Momordica charantia L.)
Sinonim :
= M.balsamina, Blanco. = M.balsamina, Descourt. = M.cylindrica, Blanco. = M.jagorana C.Koch. = M.operculata, Vell. = Cucumis africanus, Lindl.
Familia :
Cucurbitaceae
Uraian :
Pare banyak terdapat di daerah tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung. Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak. Batang berusuk lima, panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuknya bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai berlekuk menyirip. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih memanjang, keras. Ada 3 jenis tanaman pare, yaitu pare gajih, pare kodok dan pare hutan. Pare gajih berdaging tebal, warnanya hijau muda atau keputihan, bentuknya besar dan panjang dan rasanya tidak begitu pahit. Pare kodok buahnya bulat pendek, rasanya pahit. Pare hutan adalah pare yang tumbuh liar, buahnya kecil-kecil dan rasanya pahit. Untuk memperoleh buah yang panjang dan lurus, biasanya pada ujung buah yang masih kecil digantungkan batu. Daun dari pare yang tumbuh liar, dinamakan daun tundung. Daun ini dikatakan lebih berkhasiat bila digunakan untuk pengobatan. Daun dan buahnya yang masih muda dimakan sebagai lalab mentah atau setelah dikukus terlebih dahulu, dimasak sebagai sayuran, tumis, sambal goreng, gado-gado, dan sebagainya. Tanaman ini juga dapat digunakan untuk membunuh serangga. Perbanyakan dengan biji.

Nama Lokal :
Paria, pare, pare pahit, pepareh (Jawa). Prieu, peria, foria,; Pepare, kambeh, paria (Sumatera). Paya, paria, truwuk, ; Paita, paliak, pariak, pania, pepule (Nusa tenggara). Poya, ; Pudu, pentu, paria belenggede, palia (Sulawesi). Papariane,; Pariane, papari, kakariano, taparipong, papariano, popare, pepare;

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Batuk, radang tenggorokan, Sakit Mata merah, Demam, malaria.; Menambah napsu makan, kencing manis, Rhematik, Sariawan; Bisul, Abses, Demam, malaria, sakit lever, sembelit, cacingan;

 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Buah, biji, bunga, daun dan akar.

KEGUNAAN:
Buah:
- Batuk, radang tenggorok (pharyngitis).
- Haus karena panas dalam.
- Mata sakit dan merah.
- Demam, malaria.
- Pingsan karena udara panas (heatstroke).
- Menambah napsu makan.
- kencing manis.
- Disentri.
- Rheumatism, rematik gout.
- Memperbanyak air susu (ASI).
- Datang haid sakit (dismenorrhoea).
- Sariawan.
- lnfeksi cacing gelang.

Bunga:
- Pencernaan terganggu

Daun:
- Cacingan.
- Luka, abses, bisul.
- Erysipelas.
- Terlambat haid.
- Sembelit, menambah napsu makan.
- Sakit lever.
- Demam.
- Melancarkan pengeluaran ASI.
- Sifilis, kencing nanah (Gonorrhea).
- Menyuburkan rambut pada anak balita.

Akar:
- Disentri amuba.
- Wasir.

Biji:
- Cacingan.
- Impotensi,
- Kanker.

PEMAKAIAN:
Untuk minum: 15-30 g di juice atau di rebus.
Pemakaian luar. Buah atau daun secukupnya digiling halus, untuk pemakaian setempat pada luka bakar, bisul, abses, eksim, digigit serangga, biang keringat (miliaria), melancarkan pengeluaran ASI, dan sebagainya.

CARA PEMAKAIAN:
1. Haus karena panas dalam, demam, heat stroke:
    Satu buah pare mentah yang masih segar dicuci bersih, lalu dibelah.
    Buang isinya, potong-potong secukupnya, lalu direbus dengan 3
    gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring,
    minum.

2. Diabetes:
    a. 200 g buah pare segar dicuci bersih lalu diblender. Tambahkan
       air minum secukupnya, lalu diperas dengan sepotong kain sampai
       terkumpul sebanyak 50 ml (seperempat gelas). Perasan
       dihangatkan dengan api kecil selama 15-30 menit. Setelah dingin
       diminum, lakukan setiap hari.

    b. 200 g buah pare dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Rebus dengan
       3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring,
       minum, Lakukan setiap hari.

3. Disentri.
    Buah pare segar dicuci lalu dibelah, isinya dibuang. Parut atau
    dijuice, airnya diminum. Segera minum air matang. Satu kali minum
    200 cc.

4. Disentri amuba, diare:
    Ambil akar pare yang masih segar sebanyak 30 g. Dicuci bersih lalu
    dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air sampai
    tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan gula pasir
    secukupnya lalu diminum.

5. Cacingan pada anak:
    a. Daun segar sebanyak 7 g, diseduh dengan 1/2 cangkir air panas.
       Setelah dingin disaring, tambahkan 1 sendok teh madu. Aduk
       sampai merata, minum sekaligus sebelum makan pagi.

    b. Ambil dua sampai tiga biji pare. Giling sampai halus, aduk dengan
       sedikit air masak. Minum, disusul dengan minum air hangat.           
       Ramuan ini untuk pengobatan infeksi cacing gelang.

6. Menyuburkan rambut yang tipis dan kemerahan:
    a. Ambil segenggam daun pare, cuci bersih. Daun kemudian
       ditumbuk sampai seperti bubur, tambahkan air 3/4 gelas. Ramuan
       ini kemudian diembunkan semalaman. Pagi-pagi ramuan ini
       disaring, airnya dipakai untuk membasuh kulit kepala.

    b. Ambil daun pare yang masih segar secukupnya, lalu dicuci bersih.
       Daun pare tadi ditumbuk sampai halus, lalu diperas dengan
       sepotong kain. Airnya dipakai untuk melumas kulit kepala.
       Lakukan setiap hari. Ramuan ini terutama digunakan untuk bayi
       dan anak balita.

7. Bisul, abses:
    Ambil segenggam daun pare, cuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas
    air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum.

8. Demam, malaria, sakit lever, sembelit, cacingan:
    Segenggam penuh daun pare dicuci bersih, lalu ditumbuk halus.
    Tambahkan 1 cangkir air matang, diaduk merata lalu disaring. Air
    saringannya ditambahkan sedikit garam, lalu diminum pada pagi hari
    sebelum makan.

9. Kencing nanah:
    6 lembar daun pare, 2 jari akar jayanti, 2 jari kulit kemboja, 1 jari
    rimpang temulawak, 3 jari gula enau, dicuci dan dipotong-potong

    seperlunya. Rebus dengan 4 gelas

Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Pahit, dingin, Anti radang. Masuk meridian jantung, hati dan paru. Buah: Peluruh dahak, pembersih darah, menambah napsu makan, penurun panas, penyegar badan. Bunga: Memacu enzim pencernaan. Daun: Peluruh haid, pencahar, perangsang muntah, penurun panas. KANDUNGAN KIMIA: Daun: Momordisin, momordin, karantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, saponin, vitamin A dan C serta minyak lemak terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan L.oleostearat. Buah: Karantin, hydroxytryptamine, vitamin A,B dan C. Biji: Momordisin.


Pisang


(Musa Paradisiaca, Linn.)
Sinonim :
Familia :
Musaceae
Uraian :
Tumbuhan ini berasal dari Asia dan tersebar di spanyol, Itali, Indonesia, Amerika dan bagian dunia yang lain. Tumbuhan pisang menyukai daerah alam terbuka yang cukup sinar matahari , cocok tumbuh didataran rendah sampai pada ketinggian 1000 meter lebih diatas permukaan laut. Pada dasarnya tanaman pisang merupakan tumbuhan yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan pelepah pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang , Batang pisang yang sebenarnya terdapat pada bonggol yang tersembunyi di dalam tanah

Nama Lokal :
Banana (Inggris), Tsiu, Cha (Cina), Pisyanga, Kila (India); Pisang (Indonesia), Klue (Thailand), Pyaw, Nget (Burma); Gedang (Jawa), Cau (Sunda), Biu (Bali), Puti (Lampung); Wusak lambi, lutu (Gorontalo), Kulo (Ambon), Uki (Timor); 

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Pendarahan rahim, Merapatkan vagina, Sariawan usus, Ambeien; Cacar air, Telinga dan Tenggorokan bengkak, Disentri, Amandel; Kanker perut, Sakit kuning (lever), Pendarahan usus besar, Diare;
 
Pemanfaatan :
1. Kanker Perut
    Bahan:  Tunas / anak batang pohon pisang dan 1 potong tumbuhan
    benalu teh
    Cara membuat:  anak pisang diparut dan diambil airnya sebanyak 4
    gelas, kemudian direbus bersama dengan benalu teh tersebut
    sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas.
    Cara menggunakan:  diminum 2 kali sehari 1 gelas, pagi dan sore
    dan dilakukan secara teratur.

2. Sakit Kuning
    Bahan:  Buah pisang emas yang sudah masak
    Cara menggunakan:  makan buah pisang emas yang banyak.

3. Keluarga Berencana
    Bahan:  Bunga Pisang ambon
    Cara membuat:  direbus dengan air sampai mendidih
    Cara menggunakan: diminum airnya 2 kali sehari,  pagi hari dan
    sebelum tidur. Dilakukan selama 7 hari berturut turut sesudah
    menstruasi  atau melahirkan.

4. Pendarahan Usus Besar
    Bahan:  tunas/ anak pisang dan 1 potong bonggol benalu teh
    Cara membuat: anak pisang diparut dan diperas untuk di ambil
    airnya sebanyak 2 gelas kemudian  direbus bersama dengan
    bonggol benalu teh tersebut sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
    Cara menggunakan:  disaring dan diminum 2 kali sehari 1 cangkir.

5. Pendarahan Rahim
    Bahan: tunas / anak pisang dan 1 potong bonggol benalu teh
    Cara membuat: anak pisang diparut dan diambil airnya sebanyak 2
    gelas. Kemudian direbus bersama dengan bonggol benalu teh
    tersebut sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
    Cara menggunakan: disaring dan diminum 1 kali sehari 1/2 gelas.

6. Mencegah Pendarahan Sehabis Melahirkan
    Bahan:  batang pohon pisang
    Cara membuat:  batang pohon pisang diparut untuk diambil airnya.
    Cara menggunakan:  disaring dan diminum 2 kali sehari 1/2 gelas.
  
7. Sariawan Usus
    Bahan:  Kulit buah pisang kluthuk yang sudah masak dan buah
    pisang mentah.
    Cara membuat:  Kulit pisang kluthuk dan buah pisang mentah
    tersebut diiris-iris tipis, kemudian ditumbuk halus, diperas sampai
    keluar airnya dan diembun-embunkan semalam di luar rumah.
    Cara menggunakan:  diminum setelah bangun tidur / pagi hari.

8. Merapatkan Vagina dan Mencegah Pendarahan
    Bahan:  batang pohon pisang batu yang belum berbunga.
    Cara membuat:  Pohon pisang dipancung untuk diambil airnya yang
    bersih
    Cara menggunakan:  digunakan untuk mencuci Vagina setelah
    bersalin.

9. Ambeien
    Bahan:  buah pisang kluthuk yang masih mentah, adas pulasari
    secukupnya dan 1 potong gula merah.
    Cara membuat:  buah pisang kluthuk diparut untuk diambil airnya.
    Kemudian dicampur dengan bahan lainnya dan diaduk sampai
    merata.
    Cara menggunakan:  disaring dan diminum.

10. Cacar Air
     Bahan:  bonggol batang pisang kluthuk, adas pulosari
     Cara membuat:  bonggol pisang diparut untuk diambil airnya,
     kemudian dicampur dengan bahan lainnya sampai merata.
     Cara menggunakan:  disaring dan diminum.

11. Telinga Bengkak
      Bahan:  Kulit pisang kustruk
      Cara membuat:  Kulit pisang dipanggang dan dalam keadaan
      hangat-hangat diperas untuk diambil airnya.
      Cara menggunakan:  dioleskan pada bagian telinga yang bengkak.

12. Tenggorokan Bengkak
     Bahan:  Bonggol pisang kapok (kepok)
     Cara membuat:  Bonggol pisang diparut dan diperas untuk diambil
     airnya.
     Cara menggunakan:  dipakai untuk kumur.

13. Disentri
     Bahan: Bonggol pisang kluthuk
     Cara membuat: diparut untuk diambil airnya sebanyak 1/2 gelas
     Cara menggunakan: diminum 3 hari sekali

14. Diare (orang dewasa)
     Bahan:  buah pisang kapur mentah
     Cara membuat:  dibakar
     Cara menggunakan:  dimakan

15. Diare (Bayi)
     Bahan:  buah pisang kapok (kepok) mentah
     Cara membuat:  diiris-iris dan digoreng tanpa minyak
     Cara menggunakan:  dimakan oleh ibu yang sedang menyusui bayi
     tersebut.

16. Amandel
     Bahan:  bonggol batang pisang
     Cara membuat:  diparut dan diperas untuk diambil airnya
     Cara menggunakan:  diminum.

Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Menurut penelitian pisang mengandung kadar antara lain : - Vitamin A, B1, C - Lemak - Mineral (Kalium, chlor, natrium, magnesium, posfor ) - Karbohidrat - Dextrose - Air - Sucrose - Levulose - Zat Putih telut - Zat Tepung

Kedelai

(Glycine max, (Linn.) Merrill.)
Sinonim :
Glycine soja, (Linn), Sieb. G. soja, (Linn), Zucc.
Familia :
Fabaceae
Uraian :
Kedelai (Glycine max) sudah dibudidayakan sejak 1500 tahun SM dan baru masuk Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750. Kedelai paling baik ditanam di ladang dan persawahan antara musim kemarau dan musim hujan. Sedang rata-rata curah hujan tiap tahun yang cocok bagi kedelai adalah kurang dari 200 mm dengan jumlah bulan kering 3-6 bulan dan hari hujan berkisar antara 95-122 hari selama setahun. Kedelai mempunyai perawakan kecil dan tinggi batangnya dapat mencapai 75 cm. Bentuk daunnya bulat telur dengan kedua ujungnya membentuk sudut lancip dan bersusun tiga menyebar (kanan - kiri - depan) dalam satu untaian ranting yang menghubungkan batang pohon. Kedelai berbuah polong yang berisi biji-biji. Menurut varitasnya ada kedelai yang berwarna putih dan hitam. Baik kulit luar buah polong maupun batang pohonnya mempunyai bulu-bulu yang kasar berwarna coklat. Untuk budidaya tanaman kedelai di pulau Jawa yang paling baik adalah pada ketinggian tanah kurang dari 500 m di atas permukaan laut.

Nama Lokal :
Soybean (Inggris), Kedelai (Indonesia), Kedhele (Madura); Kedelai, Kacang jepun, Kacang bulu (Sunda), Lawui (Bima); Dele, Dangsul, Dekeman (Jawa), Retak Menjong (Lampung); Kacang Rimang (Minangkabau), Kadale (Ujung Pandang); 

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Diabetes melitus, Sakit ginjal, Reumatik;
 
Pemanfaatan :
1. Diabetes Mellitus
    Bahan: 1 genggam biji kedelai hitam
    Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga
    tinggal 1 gelas dan disaring untuk diambil airnya
    Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas dan dilakukan
    secara rutin setiap hari.

2. Sakit Ginjal
    Bahan: 3 sendok makan biji kedelai.
    Cara membuat: direbus dengan 2-3 gelas air sampai mendidih hingga
    tinggal 1 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
    Cara menggunakan: diminum pada pagi hari setelah bangun tidur
    dan dilakukan secarar rutin setiap hari.

3. Reumatik
    Bahan: 1 sendok makan biji kedelai hitam, 1 sendok makan kacang
    hijau, dan 2 sendok makan kacang tanah.
    Cara membuat: semua bahan tersebut digoreng tanpa minyak
    (sangan = Jawa), kemudian ditumbuk (digiling) sampai halus.
    Cara menggunakan: dimakan 2 kali sehari 1 sendok teh, pagi dan
    sore.
 
Komposisi :
Kandungan Kedelai (100 gr.) - Protein 34,9 gram - Kalori 331 kal - Lemak 18,1 gram - Hidrat Arang 34,8 gram - Kalsium 227 mg - Fosfor 585 mg - Besi 8 mg - Vitamin A 110 SI - Vitamin B1 1,07 mg - Air 7,5 gram

Cabai Rawit


(Capsicum frutescens L.)
Sinonim :
C. ,fastigiatum BL, C. minimum Roxb.
Familia :
solanaceae.
Uraian :
Tanaman budidaya, kadang-kadang ditanam di pekarangan sebagai tanaman sayur atau tumbuh liar di tegalan dan tanah kosong yang terlantar. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik, menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masa.k berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap.Cabal rawit dapat diperbanyak dengan biji.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Sumatera: leudeuaarum, l. pentek (Gayo), situdu langit, lacina sipane (Simelungmz), lada limi (Nias), l. mutia (Melayu). Jawa: cabe rawit, c. cengek (SLCnda), lombok jempling, l. jemprit, l. rawit, l. gambir, l. setan, l. cempling (Jawa), cabhi letek, c. taena manok (Madc,rra). Nusa Tenggara: tabia krinyi (Bali), kurus(Alor). Sulawesi: kaluya kapal (bent.), mareta dodi (Mongond.), malita diti (Gorontalo), m. didi (Buol), lada masiwu (Baree), l. marica, l. capa, laso meyong (Mak.),1. meyong, ladang burica, l. marica (Bug.), rica halus, r. padi (Manado). Maluku: Abrisan kubur (Seram), karatupa batawe (Elpaputi), katupu walata (Waraka), araputa patawe (Atamano), kalapita batawi (Amahai), karatuba manesane (Nuaulu), karatupa. batawi (Sepcc), maricang kekupe (Weda), rica gufu (Ternate). Irian: metrek wakfoh (Sarmi), basen tanah (Barik). NAMA ASING La jiao (C), cayenne peper (B), piment de cayenne (P), piment enrage, guineapfeffer (J), pasites, sili (Tag.), cayenne, chilli (I). NAMA SIMPLISIA Capsici frutescentis Fructus (buah cabe rawit).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Cabai rawit rasanya pedas, sifatnya panas, masuk meridian jantung dan pankreas. Tumbuhan ini berkhasiat tonik, stimulan kuat untuk jantung dan aliran darah, antirematik, menghancurkan bekuan darah (antikoagulan), meningkatkan nafsu makan (stomakik), perangsang kulit (kalau digosokkan ke kulit akan menimbulkan rasa panas. Jadi, digunakan sebagai campuran obat gosok), peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), peluruh liur, dan peluruh kencing (diuretik). Ekstrak buah cabai rawit mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans. Daya hambat ekstrak cabal rawit 1 mg/ml setara dengan 6,20 mcg/ml nistatin dalam formamid (Tyas Ekowati Prasetyoningsih, FF UNAIR, 1987).
 
Pemanfaatan :
Komposisi :
Buahnya mengandung kapsaisin, kapsantin, karotenoid, alkaloid asiri, resin, minyak menguap, vitamin (A dan C). Kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkhasiat untuk melancarkan aliran darah serta pematirasa kulit. Biji mengandung solanine, solamidine, solamargine, solasodine, solasomine, dan steroid saponin (kapsisidin). Kapsisidin berkhasiat sebagai antibiotik.

Cabai Merah


(Capsicum Annuum L.)
Sinonim :
-
Familia :
Solanaceae
Uraian :
Cabai berasal dari Amerika tropis, tersebar mulai dari Meksiko sampai bagian utara Amerika Selatan. Di Indonesia, umumnya cabal dibudidayakan di daerah pantai sampai pegunungan, hanya kadang-kadang menjadi liar. Perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, setahun atau menahun. Batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang bersegi, batang muda berambut halus berwarna hijau. Daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, peutulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau. Bunga tunggal, berbentuk bintang, berwarna putih, keluar dari ketiak daun. Buahnya buah buni berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin mengilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, beutangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan. Keanekaragaman jenis cabai merah cukup tinggi. Artinya, cabal merah memiliki beberapa varietas dan kultivar yang dibedakan berdasai-kan bentuk, ukuran, rasa pedas, dan warna buahnya. Cabal merah dapat diperbanyak dengan biji.

Nama Lokal :
NAMA DAERAH Sumatera: campli, capli (Aceh), ekiji-kiji, kidi-kidi (Enggano), leudeu (Gayo), lacina (Batak Karo), lasiak, lasina (Batak Toba), lada sebua (Nias), raro sigoiso (Mentawai), lado (Minangkabau), cabi (Lampung), cabe, lasinao (Melayu). Jawa: cabe, lombok, sabrang (Sunda), lombok, mengkreng, cabe (Jawa), cabhi (Madura), tabia (Bali): Nusa Tenggara: sebia (Sasak), saha, sabia (Bima), mbaku hau (Sumba), koro (Flores), hili (Sawu). Kalimantan: sahang (Banjar), rada (Sampit), sambatu (Ngaju). Sulawesi: rica (Mana-do), bisa (Sangir), mareta (Mongondow), malita (Gorontalo), lada (Makasar), ladang (Bugis). Maluku: manca (Seram), siri (Ambon), kastela (Buru), maricang (Halmahera), rica lamo (Ternate, Tidore), maresen (Kalawat), rihapuan (Kapaon), riksak (Sarmi), ungun gunah (Berik). NAMA ASING La chiao (C), spaanse peper (B), piment, guinea pepper,cayenne pepper, red pepper (I), poivre long (P), beisbeere, spanischer pfeffer (J). NAMA SIMPLISIA Capsici Fructus (buah cabai merah).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Cabai rasanya pedas, sifatnya panas. Buah berkhasiat stimulan, meningkatkan nafsu makan (stomakik), peluruh keringat (diaforetik), perangsang kulit, dan sebagai obat gosok.
 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIGUNAKAN
Bagian yang digunakan adalah buah dan daun.

INDIKASI
Buah digunakan untuk pengobatan : rematik, sariawan, sakit gigi, :influenza, dan meningkatkan nafsu makan.
Getah daun muda digunakan untuk : mempermudah persalinan.

CARA PEMAKAIAN
Untuk obat yang diminum, rebus atau keringkan 0,5-1 g buah, lalu haluskan sampai menjadi serbuk.
Untuk pemakaian luar, rebus 0,5-1 g buah, lalu air rebusannya digunakan sebagai obat kompres. Selain itu, buah cabai dapat dicampur dengan bahan lain untuk obat gosok. Getah daun muda digunakan untuk pengobatan luka, bisul, dan sakit gigi.

CONTOH PEMAKAIAN DI MASYARAKAT
Rematik
Seduh 10 g serbuk buah cabai merah dalam 1/2 gelas air panas. Aduk sampai rata dan diamkan beberapa menit. Hasil seduhannya dibalurkan pada bagian tubuh yang sakit.

Luka, bisul
Oleskan minyak sayur pada beberapa helai daun cabai, lalu layukan di atas api kecil. Tempelkan daun cabai tersebut selagi hangat pada bagian kulit yang terluka.
Komposisi :
Buah mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan. Jika seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata.